Housewife on Weekends
Thursday, January 22, 2015
Vanilla Mini Cakes
Nah klo yg ini bingung bikin namanya apa.. Jadi saya namain vanilla mini cake aja deh.. Bisa ditambah choco chips, bisa tambah kurma, bisa tambah funfetty sprinkles, bisa tambah perasan jeruk lemon. Do what you want, it will taste as good. Saya pake loyang yg sudah berbentuk kerang dan donut. Satu adonan ini bisa menghasilkan 24 mini cakes.
Berikut ini adonannya:
1 cup sugar
1/2 cup butter
2 eggs
2 tsp vanilla extract
1 1/2 cups flour
1 1/2 tsp baking powder
1/4 tsp salt
1/2 cup milk
Panaskan oven 175 derajat selsius. Siapkan cetakan dengan dibalur mentega.
Lembutkan sugar dan butter bersama sampai creamy. Masukkan telur satu per satu. Masukkan vanilla extract kocok sampai rata.
Di mangkuk terpisah, shift tepung terigu, baking powder dan garam agar tidak ada yg menggumpal. Lalu aduk agar merata.
Masukkan campuran tepung ke dalam campuran mentega dan telur, aduk rata. Lalu masukkan susu, aduk rata. Kalau mau menambahkan bahan isian, sekaranglah waktunya. Atau setelah adonan di masukkan ke dalam cetakan.
Tuang adonan ke dalam cetakan, panggang selama 10-15 menit.
Jika sudah matang, dinginkan, lalu taburkan icing sugar.
Selamat mencobaaaaahhhh..
Salam, mommy keceeehh!!
Chocolate Cupcake
Udah lama ga ngeposting hasil karya..kayanya bakalan borongan aja deh nulisnya. Kali ini dapet resep baru dari internet yg sepertinya patut di uji coba. Namanya aja "Perfectly Chocolate Cupcake". Kan saya jadi penasaran.
Berikut ini resepnya:
Dry ingredients:
2 cups sugar
1 3/4 cups flour
3/4 cups unsweetened cocoa powder
1 1/2 teaspoons baking powder
1 1/2 teaspoons baking soda
1 teaspoon salt
Wet ingredients:
2 eggs
1 cup milk
1/2 vegetable oil
2 teaspoon vanilla extract
1 cup boiling water
Direction:
Preheat oven 160 degrees C.
Shift all the dry ingredients until even. Set a side.
In another bowl, mix eggs, milk, veggie oil and vanilla extract together with a hand mix until incorporated. Slowly mix in the dry ingredients until it's incorporated. After that, slowly pour in the boiling water then mix again until just even.The batter will be thin. It's okay, it's suppose to be like that.
Pour the batter into a big jug so that you can pour the batter into cupcake tin with out a mess.
Bake for 22-24 minutes.
Untuk frostingnya bisa coba resep berikut ini ya..
200gr soften butter
450 gr icing sugar
2 tablespoons milk
1/2 teaspoon vanilla extract
mixer butter sampai warnanya pucat kurang lebih 5 menit. setelah itu, masukkan icing sugar setengah bagian, lalu aduk selama 2 menit. Masukkan sisa bagian icing sugar dan aduk lagi 2-3 menit. Masukkan susu dan vanilla aduk 3 menit sampai dapat konsistensi yg diinginkan.
Cuuuuusss.. Cupcake ini dikirim ke teman yg baru lahiran..
Friday, September 26, 2014
ITP (Idiopathic Thombocytopenic Purpura)
Hai moms..
Mau sedikit cerita tentang penyakitnya Raqi, karena di tulisan sebelumnya menyinggung soal ITP. Jadi ITP itu adalah http://dokmud.wordpress.com/2013/06/03/idiopathic-thombocytopenic-purpura-itp/ silahkan baca disini soal arti dalam dunia kedokterannya. Disini saya ingin cerita sedikit tentang bagaimana kami tahu penyakit ini menyerang Raqi dan perkembangannya.
Jadi, semua berawal pada pertengahan Maret 2014, tepatnya hari Senin, tgl 17 Maret 2014. Kami ke dokter anak di RSIA Hermina Ciputat tujuannya untuk ngobatin Raqi yg waktu itu BAB dan batpil dan mogok makan. Raqi itu doyan makan, kalau sakitnya cuma batpil, biasanya dia tetep mau makan. Nah, ini dia ga mau makan, makanya saya panik. Kami bawa Raqi ke dokter anak yang biasa dan sudah kami kenal. Namanya Dr. TB. Ferdi Fadillah.SpA. Kenapa kami percayakan raqi pada beliau? Karena dulu beliau yg menyarankan Raqi sunat di usia 7 bln dan setelah itu sakit-sakitnya Raqi berhenti dan Raqi bisa gemuk a.k.a penyerapan nutrisinya membaik. Pada pagi itu, setelah Dr. Ferdi menganalisa keadaan Raqi, malah dia menemukan hal yg ganjil. Yaitu, bintik merah dan lebam. Beliau meminta kami untuk cek lab dan hasilnya akan dia tunggu sampai keluar. Awalnya kami, saya dan suami, tidak berpikir bahwa keadaan Raqi seburuk itu. Setelah ambil darah, Raqi kami bawa pulang, dan sekitar 1 jam kemudian kami balik lagi untuk ambil hasil tesnya, sedangkan Raqi tetap di rumah.
Hasil tes sudah kami berikan ke dokter. Lalu beliau memanggil kami. Disitu di ketahui bahwa trombosit Raqi 10.000. Normalnya adalah 150.000-450.000. Di jelaskan kepada kami bahwa kemungkinan Raqi suspect ITP. Beliau sedikit menjelaskan bahwa ITP ini mirip sama demam berdarah hanya saja tidak ada keluhan atau tanda-tanda seperti DBD. Raqi ga demam, ga lemas, masih aktif seperti biasa. Hanya kelihatan pucat dan ada bintik-bintik di muka dan badan. Sebenarnya bintik-bintik ini sudah saya perhatikan sekitar 2 minggu sebelumnya dan di kantung matanya sangat gelap. Menurut saya, seorang anak kecil kayaknya ga mungkin punya kantung mata hanya gara-gara kurang tidur. Memang sebelumnya sepertinya Raqi tidurnya kurang nyenyak dan malam, tetapi saya belum curiga. Pada saat itu suami juga mengira bahwa bintik-bintik itu hanyalah biang keringat saja.
Setelah mendengar penjelasan dokter, saya sangat panik. Air mata tak terbendung. Beliau menjelaskan bahwa MUNGKIN raqi akan menjalani pegobatan yg berat, mulai dr transfusi darah, pengobatan dengan steroid, pengobatan dengan kemoterapi sampai tes sumsum tulang. Asli ngeri banget dengernya. Dr. Ferdi pun merujuk kami ke dokter yg lebih berpengalaman yaitu Dr. Susilowati Ramelan.SpA. Beliau adalah dokter spesialis anak sub spesialis di darah. Setelah dari dokter Ferdi, kami mengurus segala keperluan Raqi untuk dirawat inap. Raqi kami jemput di rumah. Saat pulang itu, saya lihat Raqi masih main-main dan naik turun kursi. Saya langsung memeluknya erat sambil menangis. Ayahnya pun sama. Si mbak yg di rumah terus nanya kenapa Kak? dan terlihat sangat panik. Akhirnya kami membereskan perlengkapan Raqi dan baju2 kami bertiga, saya, suami dan mbak. Lalu kami ke RS dengan diiringin hujan lebat. Saya sudah ga mikir rumah banjir dan segala macam itu. Yang ada di otak saya hanya Raqi. Bagaimana bisa dia mengidap penyakit seseram ini? Begitu kami sampai RS yg untungnya hanya beberapa menit saja, Raqi langsung di bawa ke UGD. Disini Raqi mau diinfus.
Cerita mengenai proses menginfus Raqi sangat memilukan. Sampai sekarang, kalau ingat, saya selalu meringis. Bayangkan, anak 21 bulan dengan berat badan 17 kg di coba untuk diinfus. Masih segar diingatan saya bagaimana kami membalut badannya dengan kain agar dia tidak berontak, seperti menyiksa anak sendiri. Semula di coba di salah satu tangan, trus berlanjut ke tangan sebelahnya, lalu ke salah satu kaki, berlanjut ke kaki sebelahnya. MasyaAllah.. Tangan dan kaki manapun tidak ada yg berhasil dimasukkan suntikan infus. Istirahat, Raqi kembali biasa, ceria. lalu masuk UGD lagi dan dia mulai berteriak-teriak lagi. Dicoba lagi dan lagi. Bekas tusukan infus dimana-mana dan masih belum berhasil. Akhirnya kami di antar ke kamar rawat inap Raqi.
Di kamar itu, kami berbagi kamar dengan satu anak lain yang habis operasi usus. Raqi dengan tenangnya lari-larian mondar mandir sambil sesekali pup karena masih diare. Pada saat itu saya masih berpikir (berharap lebih tepatnya) klo hasil labnya salah. Karena raqi masih terlihat bugar dan aktif. Tidak lama, suster datang dan memberitahu kami bahwa mereka mau coba lagi untuk menginfus Raqi. Tapi lagi-lagi gagal. Hal ini karena pembuluh darahnya cepat pecah karena trombositnya sangat rendah. Saya mulai putus asa. Tegang luar biasa. Sorenya dokter Susi visit, dan beliau bingung kenapa nih anak masih lari-larian dan bukannya tiduran di kasur. Ya memang Raqi ga mau disuruh diam dan tidur di kasur RS yg sangat tidak nyaman. Setelah dokter memeriksakan Raqi, beliau menjelaskan bahwa Raqi ga boleh lari-larian, kalau mau ya di gendong karena kalau sampai dia jatuh dan terbentur kepalanya dan sampai ada pendarahan, akan sangat sulit untuk di tolong. Trombosit yang sangat rendah akan sangat rentan dengan pendarahan yang tidak bisa berhenti. Dokter Susi berpesan jika BABnya berdarah atau mimisan, segera lapor karena kalau sudah keadaan demikian Raqi harus transfusi darah. Setelah itu, Raqi ga pernah nyentuh lantai, selalu di gendong, bergantian kami bertiga.
Sehabis magrib, lagi-lagi suster datang untuk mencona menginfus Raqi, tapi lagi-lagi gagal. posisinya infus sudah dipasang tapi ternyata tidak masuk sehingga tangan Raqi bengkak. Akhirnya di lepas lagi. Dan pada malam hari sekitar jam 11an, suster datang dan menjelaskan bahwa dokter anestasi akan mencoba untuk menginfus lagi. Kami ke ruang operasi dan dokter anestasi pun meringis dan menyesalkan begitu banyak bekas tusukan gagal di tangan dan kaki Raqi. Beliau mencoba 2 kali, dan ga tega Raqi berteriak histeris. Dokter anestasipun menyarankan jangan ditusuk lagi sampai besok. Kami kembali ke ruang inap tanpa infusan.
Esok harinya, sekitar jam 10, Raqi mengusap-usap hidungnya dan keluar darah. Yes, dia mimisan. Panik luar biasa. Kami segera lapor dan kebetulan ada suster yang katanya udah jago banget dalam hal menginfus. Saya sudah pasrah. Airmata udah ga terbendung. Yup, saya nangis duluan. Alhamdulillah, Raqi berhasil diinfus di kaki dan tidak bengkak. Kemana ada suster? Ternyata suster ini baru datang sehabis dari luar kota. Alhamdulillah, Allah menolong Raqi. Kalau sampai ga berhasil diinfus, kemungkinan besar Raqi akan dioperasi untuk dimasukkan selang ke pembuluhnya (ngeri bgt kan?). Ya selama di infus kami bertiga gantian menghibur Raqi, secara susah di gendong dengan infusan di kaki. Alhamdulillah malamnya trombosit yang kami pesan dari siang datang dari PMI. Syukur Alhamdulillah Allah memudahkan jalan kami. Saat tranfusi juga Raqi sedang tidur pulas dan 4 kantong pun selesai dalam waktu kurang lebih 20 menit. Sejam kemudian Raqi diambil darahnya untuk periksa ke Lab. Lega rasanya. Tinggal nunggu hasil.
Hasil Labnya di kasih tau suster paginya. ternyata naik jadi 29.000. Selanjutnya Raqi akan melalui pengobatan menggunakan obat methylprenisolon (steroid) dan obat lainnya yg disuntikkan ke infusan. Saya tidak bertanya apa obatnya tapi dari penjelannya sih obatnya itu untuk menaiikan trambosit. Selanjutnya Raqi dirawat selama 4 hari kedepan. Jadi totalnya di RS adalah 5 hari. Keluar RS posisi trombosit ada di angka 170.000. Alhamdulillah..
Beberapa hari kemudian, Raqi kontrol lagi ke dokter Susi dengan sebelumnya tes darah tepi. hasilnya sekitar 200 ribuan (saya lupa tepatnya). Dari situ dokter memberikan dosis yg di kurangi dan bbrp hari tanpa obat. Selanjutnya akan di jadwalnya kontrol sekitar 10 hari dengan sebelumnya tes CMV Igg dan CMV Igm dan tes darah tepi. Tetapi sebelum waktunya kontrol Raqi lagi2 terlihat lemas kali ini dan BAB lagi. Kami bawa lagi ke dokter dan lihat hasil tes darah sebelumnya yg menunjukan angka trombosit 49.000. Nyeeeesssss banget hati ini. Jantung berdebar luar biasa. Tapi dokter tidak menganjurkan untuk di rawat, hanya diberikan obat diare dan disuruh kontrol keesok harinya sama dokter Susi. Sebelum bertemu dengan dokter, Raqi tes darah lagi dan ternyata trombosit di posisi 35 ribu. Saya sudah khawatir skali kalau Raqi harus di rawat. Tetapi dokter Susi tidak menyuruh Raqi rawat inap. Hanya menambah dosis methylprenisolon dan mulai lagi terapi obat ini. Satu yang saya harus jelaskan bahwa obat ini efeknya adalah moon face yaitu muka bundar dan gemuk. Makin lama Raqi minum obat ini makin naik berat badannya. Selama 1 bulan pengobatan Raqi naik 2 kg. Semua keluarga sangat khawatir dengan BB Raqi yg makin gemuk. Tetapi apa boleh buat, ini satu-satunya obat yg bisa enaikan trombosit Raqi.
Setelah terima hasil Lab CMV nya, ternyata CMV Igm non reaktif, sedangkan CMV Igg reaktif >250. Intinya tinggi banget dan tidak terukur angka, sedangkan normalnya di bawah 15. Weeeewww.. Lalu terapi dengan obat methylprenisolon pun di mulai. Kalo ga salah awalnya di kasih 6mg 3 kali sehari. setelah di cek, trombosit naik lg. Lalu diturunkan dosisnya jadi 6mg 2 hari skali dan lagi-lagi turun. Naik lagi dosisnya 5mg 3 kali sehari. Naik lagi. lalu 3mg 3 kali sehari, turun lagi. tetapi tidak di tambah dosisnya, diteruskan 3mg 3 kali sehari. Selama terapi ini, saya mengamati bahwa pengambilan darah di pagi hari dan di sore hari akan berbeda. Setelah bertanya sama dokter memang ternyata, hormon penghasil trombosit lebih rendah di pagi hari di banding malam hari. Semenjak itu kami harus konsisten kapan mengambil darah dan harus di waktu yg sama agar bisa di bandingkan. Selain itu juga hasil lab sebelum minum obat atau sesudah minum obat aka menghasilkan hasil yg berbeda. Pusing kaaaaaaaaannn??? Jadi kami tetapkan bahwa pengambilan darah di sore hari sebelum Magrib.
Hasil lab Raqi mulai stabil diatas 100.000. Lalu dokter menurunkan dosis jadi 4mg 2 kali sehari. Lalu 3mg 2 kali sehari, lalu 3mg 1 kali sehari. Hasilnya? Naik turun tapi masih diatas 100 ribu. Sampai sekarang, lebih tepatnya pertengahan September 2014 yaitu 6 bulan dari sejak Raqi dirawat, dosisnya turun jadi 1mg 2hari sekali. Dikit banget ya, dokternya pun menyarankan untuk lepas obat, tapi saya takut Raqi langsung drop jadi saya minta tetap di lanjutkan.
Nah, hari rabu tanggal 24 September 2014 kami memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter yang berbeda. Dari seorang teman yang ibundanya mengidap ITP, disarankan ke dokter internis di daerah Menteng. Nama kliniknya Klinik Amanda dengan Prof. Dr. dr. A. Harryanto R. Sp.Pd - KHOM. Nah, nih dokter udah senior banget keliatan dari namanya kan? Beliau ternyata orangnya santai banget. Beliau menjelaskan bahwa Raqi memang ITP dan termasuk kronis (ada 2 macam ITP, ITP akut <6bln langsung sembuh sendiri, dan ITP kronis >6 bln trombosit naik turun). Tetapi keadaan Raqi masih normal karena trombositnya masih diatas 100.000. Kata beliau, batas trombosit aman untuk penderita ITP kronis adalah diatas 60.000. Beliau juga bilang bahwa dosis yang sekarang diberikan yaitu 1mg 2hari sekali adalah sama dengan NOL, alias ga berpengaruh. Jadi sama aja Raqi ga minum obat. So intinya kata beliau, raqi di hentikan saja minum obatnya. Ternyata ITP ini bisa sembuh dengan sendirinya, jika masih anak-anak (pada kondisi Raqi). Terlihat dari semua hasil labnya Raqi yg kami sodorkan bahwa trombositnya stabil diatas 100.000. Lega banget rasanya denger kabar ini. Ternyata selama ini saya terlalu khawatir dengan kondisinya Raqi. Setelah obat yg ini habis kami akan menghentikan pengobatan dan lihat keadaan Raqi selanjutnya. InsyaAllah saya akan menuliskan perkembangan selanjutnya. Semoga Raqi cepat sembuh dari ITP ini. Aamiin..
Terima kasih untuk yang sudah membaca tulisan saya ini. Kalau memang ada yang mengalami pengalaman yang sama silahkan komen dan di share ceritanya. Saya lihat makin banyak ITP terjadi. Dulu kami tidak tahu kalau ada jenis penyakit ini. Kami pun bingung dan mulai searching di internet. Banyak baca pengalaman orang lain mulai dari anak-anak sampai dewasa yg mengidap penyakit yang sama dan saya sangat terbantu dengan sharing yg ada di internet. Mudah-mudahan tulisan saya ini bisa membantu siapapun yang haus akan informasi mengenai ITP dan penyembuhannya.
Wassalam, Bunda Raqi..
Mau sedikit cerita tentang penyakitnya Raqi, karena di tulisan sebelumnya menyinggung soal ITP. Jadi ITP itu adalah http://dokmud.wordpress.com/2013/06/03/idiopathic-thombocytopenic-purpura-itp/ silahkan baca disini soal arti dalam dunia kedokterannya. Disini saya ingin cerita sedikit tentang bagaimana kami tahu penyakit ini menyerang Raqi dan perkembangannya.
Jadi, semua berawal pada pertengahan Maret 2014, tepatnya hari Senin, tgl 17 Maret 2014. Kami ke dokter anak di RSIA Hermina Ciputat tujuannya untuk ngobatin Raqi yg waktu itu BAB dan batpil dan mogok makan. Raqi itu doyan makan, kalau sakitnya cuma batpil, biasanya dia tetep mau makan. Nah, ini dia ga mau makan, makanya saya panik. Kami bawa Raqi ke dokter anak yang biasa dan sudah kami kenal. Namanya Dr. TB. Ferdi Fadillah.SpA. Kenapa kami percayakan raqi pada beliau? Karena dulu beliau yg menyarankan Raqi sunat di usia 7 bln dan setelah itu sakit-sakitnya Raqi berhenti dan Raqi bisa gemuk a.k.a penyerapan nutrisinya membaik. Pada pagi itu, setelah Dr. Ferdi menganalisa keadaan Raqi, malah dia menemukan hal yg ganjil. Yaitu, bintik merah dan lebam. Beliau meminta kami untuk cek lab dan hasilnya akan dia tunggu sampai keluar. Awalnya kami, saya dan suami, tidak berpikir bahwa keadaan Raqi seburuk itu. Setelah ambil darah, Raqi kami bawa pulang, dan sekitar 1 jam kemudian kami balik lagi untuk ambil hasil tesnya, sedangkan Raqi tetap di rumah.
Hasil tes sudah kami berikan ke dokter. Lalu beliau memanggil kami. Disitu di ketahui bahwa trombosit Raqi 10.000. Normalnya adalah 150.000-450.000. Di jelaskan kepada kami bahwa kemungkinan Raqi suspect ITP. Beliau sedikit menjelaskan bahwa ITP ini mirip sama demam berdarah hanya saja tidak ada keluhan atau tanda-tanda seperti DBD. Raqi ga demam, ga lemas, masih aktif seperti biasa. Hanya kelihatan pucat dan ada bintik-bintik di muka dan badan. Sebenarnya bintik-bintik ini sudah saya perhatikan sekitar 2 minggu sebelumnya dan di kantung matanya sangat gelap. Menurut saya, seorang anak kecil kayaknya ga mungkin punya kantung mata hanya gara-gara kurang tidur. Memang sebelumnya sepertinya Raqi tidurnya kurang nyenyak dan malam, tetapi saya belum curiga. Pada saat itu suami juga mengira bahwa bintik-bintik itu hanyalah biang keringat saja.
Setelah mendengar penjelasan dokter, saya sangat panik. Air mata tak terbendung. Beliau menjelaskan bahwa MUNGKIN raqi akan menjalani pegobatan yg berat, mulai dr transfusi darah, pengobatan dengan steroid, pengobatan dengan kemoterapi sampai tes sumsum tulang. Asli ngeri banget dengernya. Dr. Ferdi pun merujuk kami ke dokter yg lebih berpengalaman yaitu Dr. Susilowati Ramelan.SpA. Beliau adalah dokter spesialis anak sub spesialis di darah. Setelah dari dokter Ferdi, kami mengurus segala keperluan Raqi untuk dirawat inap. Raqi kami jemput di rumah. Saat pulang itu, saya lihat Raqi masih main-main dan naik turun kursi. Saya langsung memeluknya erat sambil menangis. Ayahnya pun sama. Si mbak yg di rumah terus nanya kenapa Kak? dan terlihat sangat panik. Akhirnya kami membereskan perlengkapan Raqi dan baju2 kami bertiga, saya, suami dan mbak. Lalu kami ke RS dengan diiringin hujan lebat. Saya sudah ga mikir rumah banjir dan segala macam itu. Yang ada di otak saya hanya Raqi. Bagaimana bisa dia mengidap penyakit seseram ini? Begitu kami sampai RS yg untungnya hanya beberapa menit saja, Raqi langsung di bawa ke UGD. Disini Raqi mau diinfus.
Cerita mengenai proses menginfus Raqi sangat memilukan. Sampai sekarang, kalau ingat, saya selalu meringis. Bayangkan, anak 21 bulan dengan berat badan 17 kg di coba untuk diinfus. Masih segar diingatan saya bagaimana kami membalut badannya dengan kain agar dia tidak berontak, seperti menyiksa anak sendiri. Semula di coba di salah satu tangan, trus berlanjut ke tangan sebelahnya, lalu ke salah satu kaki, berlanjut ke kaki sebelahnya. MasyaAllah.. Tangan dan kaki manapun tidak ada yg berhasil dimasukkan suntikan infus. Istirahat, Raqi kembali biasa, ceria. lalu masuk UGD lagi dan dia mulai berteriak-teriak lagi. Dicoba lagi dan lagi. Bekas tusukan infus dimana-mana dan masih belum berhasil. Akhirnya kami di antar ke kamar rawat inap Raqi.
Di kamar itu, kami berbagi kamar dengan satu anak lain yang habis operasi usus. Raqi dengan tenangnya lari-larian mondar mandir sambil sesekali pup karena masih diare. Pada saat itu saya masih berpikir (berharap lebih tepatnya) klo hasil labnya salah. Karena raqi masih terlihat bugar dan aktif. Tidak lama, suster datang dan memberitahu kami bahwa mereka mau coba lagi untuk menginfus Raqi. Tapi lagi-lagi gagal. Hal ini karena pembuluh darahnya cepat pecah karena trombositnya sangat rendah. Saya mulai putus asa. Tegang luar biasa. Sorenya dokter Susi visit, dan beliau bingung kenapa nih anak masih lari-larian dan bukannya tiduran di kasur. Ya memang Raqi ga mau disuruh diam dan tidur di kasur RS yg sangat tidak nyaman. Setelah dokter memeriksakan Raqi, beliau menjelaskan bahwa Raqi ga boleh lari-larian, kalau mau ya di gendong karena kalau sampai dia jatuh dan terbentur kepalanya dan sampai ada pendarahan, akan sangat sulit untuk di tolong. Trombosit yang sangat rendah akan sangat rentan dengan pendarahan yang tidak bisa berhenti. Dokter Susi berpesan jika BABnya berdarah atau mimisan, segera lapor karena kalau sudah keadaan demikian Raqi harus transfusi darah. Setelah itu, Raqi ga pernah nyentuh lantai, selalu di gendong, bergantian kami bertiga.
Sehabis magrib, lagi-lagi suster datang untuk mencona menginfus Raqi, tapi lagi-lagi gagal. posisinya infus sudah dipasang tapi ternyata tidak masuk sehingga tangan Raqi bengkak. Akhirnya di lepas lagi. Dan pada malam hari sekitar jam 11an, suster datang dan menjelaskan bahwa dokter anestasi akan mencoba untuk menginfus lagi. Kami ke ruang operasi dan dokter anestasi pun meringis dan menyesalkan begitu banyak bekas tusukan gagal di tangan dan kaki Raqi. Beliau mencoba 2 kali, dan ga tega Raqi berteriak histeris. Dokter anestasipun menyarankan jangan ditusuk lagi sampai besok. Kami kembali ke ruang inap tanpa infusan.
Esok harinya, sekitar jam 10, Raqi mengusap-usap hidungnya dan keluar darah. Yes, dia mimisan. Panik luar biasa. Kami segera lapor dan kebetulan ada suster yang katanya udah jago banget dalam hal menginfus. Saya sudah pasrah. Airmata udah ga terbendung. Yup, saya nangis duluan. Alhamdulillah, Raqi berhasil diinfus di kaki dan tidak bengkak. Kemana ada suster? Ternyata suster ini baru datang sehabis dari luar kota. Alhamdulillah, Allah menolong Raqi. Kalau sampai ga berhasil diinfus, kemungkinan besar Raqi akan dioperasi untuk dimasukkan selang ke pembuluhnya (ngeri bgt kan?). Ya selama di infus kami bertiga gantian menghibur Raqi, secara susah di gendong dengan infusan di kaki. Alhamdulillah malamnya trombosit yang kami pesan dari siang datang dari PMI. Syukur Alhamdulillah Allah memudahkan jalan kami. Saat tranfusi juga Raqi sedang tidur pulas dan 4 kantong pun selesai dalam waktu kurang lebih 20 menit. Sejam kemudian Raqi diambil darahnya untuk periksa ke Lab. Lega rasanya. Tinggal nunggu hasil.
Hasil Labnya di kasih tau suster paginya. ternyata naik jadi 29.000. Selanjutnya Raqi akan melalui pengobatan menggunakan obat methylprenisolon (steroid) dan obat lainnya yg disuntikkan ke infusan. Saya tidak bertanya apa obatnya tapi dari penjelannya sih obatnya itu untuk menaiikan trambosit. Selanjutnya Raqi dirawat selama 4 hari kedepan. Jadi totalnya di RS adalah 5 hari. Keluar RS posisi trombosit ada di angka 170.000. Alhamdulillah..
Beberapa hari kemudian, Raqi kontrol lagi ke dokter Susi dengan sebelumnya tes darah tepi. hasilnya sekitar 200 ribuan (saya lupa tepatnya). Dari situ dokter memberikan dosis yg di kurangi dan bbrp hari tanpa obat. Selanjutnya akan di jadwalnya kontrol sekitar 10 hari dengan sebelumnya tes CMV Igg dan CMV Igm dan tes darah tepi. Tetapi sebelum waktunya kontrol Raqi lagi2 terlihat lemas kali ini dan BAB lagi. Kami bawa lagi ke dokter dan lihat hasil tes darah sebelumnya yg menunjukan angka trombosit 49.000. Nyeeeesssss banget hati ini. Jantung berdebar luar biasa. Tapi dokter tidak menganjurkan untuk di rawat, hanya diberikan obat diare dan disuruh kontrol keesok harinya sama dokter Susi. Sebelum bertemu dengan dokter, Raqi tes darah lagi dan ternyata trombosit di posisi 35 ribu. Saya sudah khawatir skali kalau Raqi harus di rawat. Tetapi dokter Susi tidak menyuruh Raqi rawat inap. Hanya menambah dosis methylprenisolon dan mulai lagi terapi obat ini. Satu yang saya harus jelaskan bahwa obat ini efeknya adalah moon face yaitu muka bundar dan gemuk. Makin lama Raqi minum obat ini makin naik berat badannya. Selama 1 bulan pengobatan Raqi naik 2 kg. Semua keluarga sangat khawatir dengan BB Raqi yg makin gemuk. Tetapi apa boleh buat, ini satu-satunya obat yg bisa enaikan trombosit Raqi.
Setelah terima hasil Lab CMV nya, ternyata CMV Igm non reaktif, sedangkan CMV Igg reaktif >250. Intinya tinggi banget dan tidak terukur angka, sedangkan normalnya di bawah 15. Weeeewww.. Lalu terapi dengan obat methylprenisolon pun di mulai. Kalo ga salah awalnya di kasih 6mg 3 kali sehari. setelah di cek, trombosit naik lg. Lalu diturunkan dosisnya jadi 6mg 2 hari skali dan lagi-lagi turun. Naik lagi dosisnya 5mg 3 kali sehari. Naik lagi. lalu 3mg 3 kali sehari, turun lagi. tetapi tidak di tambah dosisnya, diteruskan 3mg 3 kali sehari. Selama terapi ini, saya mengamati bahwa pengambilan darah di pagi hari dan di sore hari akan berbeda. Setelah bertanya sama dokter memang ternyata, hormon penghasil trombosit lebih rendah di pagi hari di banding malam hari. Semenjak itu kami harus konsisten kapan mengambil darah dan harus di waktu yg sama agar bisa di bandingkan. Selain itu juga hasil lab sebelum minum obat atau sesudah minum obat aka menghasilkan hasil yg berbeda. Pusing kaaaaaaaaannn??? Jadi kami tetapkan bahwa pengambilan darah di sore hari sebelum Magrib.
Hasil lab Raqi mulai stabil diatas 100.000. Lalu dokter menurunkan dosis jadi 4mg 2 kali sehari. Lalu 3mg 2 kali sehari, lalu 3mg 1 kali sehari. Hasilnya? Naik turun tapi masih diatas 100 ribu. Sampai sekarang, lebih tepatnya pertengahan September 2014 yaitu 6 bulan dari sejak Raqi dirawat, dosisnya turun jadi 1mg 2hari sekali. Dikit banget ya, dokternya pun menyarankan untuk lepas obat, tapi saya takut Raqi langsung drop jadi saya minta tetap di lanjutkan.
Nah, hari rabu tanggal 24 September 2014 kami memutuskan untuk berkonsultasi dengan dokter yang berbeda. Dari seorang teman yang ibundanya mengidap ITP, disarankan ke dokter internis di daerah Menteng. Nama kliniknya Klinik Amanda dengan Prof. Dr. dr. A. Harryanto R. Sp.Pd - KHOM. Nah, nih dokter udah senior banget keliatan dari namanya kan? Beliau ternyata orangnya santai banget. Beliau menjelaskan bahwa Raqi memang ITP dan termasuk kronis (ada 2 macam ITP, ITP akut <6bln langsung sembuh sendiri, dan ITP kronis >6 bln trombosit naik turun). Tetapi keadaan Raqi masih normal karena trombositnya masih diatas 100.000. Kata beliau, batas trombosit aman untuk penderita ITP kronis adalah diatas 60.000. Beliau juga bilang bahwa dosis yang sekarang diberikan yaitu 1mg 2hari sekali adalah sama dengan NOL, alias ga berpengaruh. Jadi sama aja Raqi ga minum obat. So intinya kata beliau, raqi di hentikan saja minum obatnya. Ternyata ITP ini bisa sembuh dengan sendirinya, jika masih anak-anak (pada kondisi Raqi). Terlihat dari semua hasil labnya Raqi yg kami sodorkan bahwa trombositnya stabil diatas 100.000. Lega banget rasanya denger kabar ini. Ternyata selama ini saya terlalu khawatir dengan kondisinya Raqi. Setelah obat yg ini habis kami akan menghentikan pengobatan dan lihat keadaan Raqi selanjutnya. InsyaAllah saya akan menuliskan perkembangan selanjutnya. Semoga Raqi cepat sembuh dari ITP ini. Aamiin..
Terima kasih untuk yang sudah membaca tulisan saya ini. Kalau memang ada yang mengalami pengalaman yang sama silahkan komen dan di share ceritanya. Saya lihat makin banyak ITP terjadi. Dulu kami tidak tahu kalau ada jenis penyakit ini. Kami pun bingung dan mulai searching di internet. Banyak baca pengalaman orang lain mulai dari anak-anak sampai dewasa yg mengidap penyakit yang sama dan saya sangat terbantu dengan sharing yg ada di internet. Mudah-mudahan tulisan saya ini bisa membantu siapapun yang haus akan informasi mengenai ITP dan penyembuhannya.
Wassalam, Bunda Raqi..
Thursday, September 25, 2014
Weaning Off Bottle alias Menyapih dari Botol
Good morning moms..
Kali ini mo cerita yang beda. Bukan soal makanan ataupun resep. Kali ini mau cerita tentang weaning off bottle-nya si Abang. Baru 2 tahun kok udah di weaning/sapih? Pernah baca kalau bagusnya anak-anak tidak bergantung sama botol atau lepas botol sebaiknya di usia 2 tahun. Yang langsung terpikir oleh saya adalah "bagaimana bisa? his too attached with his bottles. Mau tidur biasa minum susu di botol. Istirahat dari main maunya minum susu di botol."
Nah, begitulah yang pasti terlintas disetiap Ibu yg punya anak bergantung ma botol susu kan? Tadinya saya juga ga pernah berfikir untuk menyapih si abang secepat ini, tapi apa boleh buat? Bukan, bukan karena gigi yg rusak atau gigi yg nongol, tetapi berawal dari diare.
Jadi ceritanya si abang ini udah bbrp hari pupnya mencret, walapun masih ada ampasnya. Saya biarkan saya hanya kasih Lacto-B dan oralit jika saya pikir perlu. Sehari bisa lebih dari 5 kali. Karena, bukan pup air dan masih ada ampasnya, saya memutuskan untuk tidak ke dokter. Setelah 4 hari berjalan, di hari ke 5, pagi-pagi, di BABnya ada terlihat lendir darah (mulai panik). Sepagian aja 3 x pup. Saya telepon dokternya trus beliau minta saya ambil sampel fesesnya.
Siang itu saya pulang cepat dengan harapan bisa ambil sampel pupnya dan pas waktunya sama jadwal dokter sorenya. Alhasil, ga ada pup yg bisa di ambil sampelnya karena sudah mulai pup air. Hiks.. Sorenya pas nunggu dokter, si abang pup, dan kebetulan bisa diambil sampelnya. Setelah konsultasi ma dokter dan di kasih obat seabreg, ternyata kena bakteri, e-coli, jamur semuanya positif. Leukositnya tinggi, menandakan adanya peradangan di ususnya. Dokter bilang untuk sementara stop susu, stop madu, stop yg dr terigu (omaigat!!! trus dia minum apa?air putih di botol?ga akan mau dia). Ya bisa dibilang malam itu diisi penuh dengan tangisan yg membahana. Minta susu, minta teh a.k.a madu. Disinilah di mulai, kami berpikir lebih baik skalian saja di weaning off bottle. Toh udah terlanjur bilang ga boleh susu ma dokter nanti perutnya sakit.
So.. malam pertama di lalui dengan lumayan berat. Dari abis magrib udah minta susu, tangisan membahana. Pelan-pelan di setiap jeda tangisan "raqi ga boleh minum susu ma dokter, nanti perutnya sakit lagi, nanti pupnya berdarah lagi", dan itu terus saya ulang dengan nada yang tenang di setiap jeda nangisnya. Keluar masuk kamar sambil nangis dan berharap mbaknya juga memberikan susu dengan senjata tangisannya, tapi ga mempan. Sungguh, ini berat banget jalaninnya. Ga tega rasanya membiarkan anak nangis. Lama-lama dia cape juga nangis, kasih air putih sama ayahnya di gelas yg lucu eh dia ketawa (ayahnya kaya badut soalnya, ngelawak mulu). Sambil nonton tv, terus saya bilang "tuh, si oopsi daisy aja bobonya ga minum susu, igle pigle juga bobonya ga minum susu, dst". Jam 10 masuk kamar lagi, kali ini dia bilang "ga oleh susu (engga boleh minum susu)?" saya bilang, "ga boleh dulu, nanti sakit perut" trus dia nanya "isang?(pisang)", saya bilang pisang boleh. Setelah makan 1 pisang, saya tawari dia minum air putih hangat di gelas lucu (gambar minion) dia ketawa2, minum trus tidur2an tanpa menanyakan susu ataupun merengek. Ga lama setelah itu tidur dengan pulas setelah bbrp kali nyanyi Twinkle2. Walapun sekitar jam 3an dia sempat ngigau "susu". Memang selama ini, sudah saya biasakan susu di tengah malam saya ga lgsg turuti, biasanya cuma mengigau saja. Paginya, bangun dengan merengek minta madu. Lagi2 saya bilang, ga boleh. sudah menjadi kebiasaan kalau bangun tidur di kasih botol isi susu atau madu sambil leyeh2 di tempat tidur.
Hari itu dilalui dengan penuh drama. Kata si mba, pas mau tidur siang, selalu nanyain susu. Alhasil tidur siangnya ngaret ke jam stgh 3. Bangun jam 5, ngamuk!!! Tapi kami kekeuh ga mau kasih susu atau apapun di botol. tapi dia juga ga mau di kasih botol isinya air putih. Akan di tolak mentah2. Sampai magrib pun ga mau pindah dari tempat tidur, maunya digendong sama mbaknya (kebayang ga gendong anak 23 kilo??). Saya peluk, tetap nangis, terus saya peluk krn minta digendong sama mbaknya yg lagi solat magrib. Saya tanyain mau makan, pastinya dia menolak. Sudah dibuatkan bubur sumsum sama si mbak. Saya minta mbaknya sendokin bubur sumsum, wlpn dia menolak ya. Tapi pas di sodorin dia mangap. Hehehe..dasar gembul.. Setelah makan satu mangkuk kecil, dia mulai tenang dan lupa sama ngambeknya. Main2 sebentar, sambil terus saya sodorin air putih di gelas. Jam stgh 10 masuk kamar. Kamar saya di belakang, sedangkan dia terus bolak balik ke kamar belakang dan kamar depan (kamar raqi). saya pikir dia mau tidur di kamar depan, mbaknya selalu nemenin. Tapi ternyata cuma bolak balik aja. Ga minta susu, ga minta madu. Akhirnya tidur di kamar depan di temani mbanya. Katanya sekitar jam 4 bangun tapi ga minta susu, ditawari air putih. Setelah minum air putih di gelas, dia tidur lagi.
Paginya, bangun ga pake ngambek. Hari itu dilalui dengan lumayan tenang walaupun masih ada drama minta keju dan oreo. Tapi bobo siangnya jam stgh 2 (kemajuan). bangun tidur dari bobo siang pun ga ngambek. lalu kami pergi ke dokter internis di daerah menteng untuk meminta 2nd opinion mengenai penyakit ITP raqi. Diambil darah di klinik tersebut dan ternyata hasilnya beyond our expectation. Trombositnya 172.000. Alhamdulillah.. kata dokter memang anak ini positif ITP dan bisa tergolong kronis krn sudah lebih dari 6 bln. Tetapi karena trombositnya diatas 100.000 maka dokternya pun santai menghadapinya. Katanya kalau masih diatas 100.000 masih aman toh selama ini minum obat Medrol (methylprenisolon) 1mg 2 kali sehari. Katanya dosis itu sama aja nol a.k.a. ga ada pengaruhnya. Dia menyarankan untuk berhenti minum obat. Okey, 2nd opinion ternyata sangat membantu. Ternyata sama aja sama dokter yg di Hermina. Bedanya tarifnya!!!! nah, pulangnya malam, sampe rumah jam 9. Posisi sudah tidur di mobil, turun dr mobil, minum obat diarenya dulu trus dia tidur lagi, tanpa drama. langsung tidur sambil saya bacakan doa tidur dan Surat2 kecil.
Bangun paginya, lagi-lagi, maniiiiisss banget. Seneng deh.. Jadi kerja juga tenang kalo ninggalin anak dengan senyum manisnya. Dan malam ke 4 pun dilalui tanpa drama. Semoga malam-mamal berikutnya juga sama.
Jadi intinya, menyapih anak dr botol itu harus tega. Coba deh klo raqi ga sakit diare/disentri? Pasti cara ini juga ga berhasil. Pasti saya, ayahnya atau mbanya ga tega. Ini tega karena kami benar takut kalau dia sakit lagi. Alhamdulillah, setelah tidak minum susu, pupnya normal. Jadi, saran saya kalau memang ada kesempatan seperti ini, ya di manfaatin aja. Mumpung memang dia ga boleh susu, skalian deh saya sapih dari botol. Sekian pengalaman saya, hanya sekedar berbagi pengalaman saja.
Kali ini mo cerita yang beda. Bukan soal makanan ataupun resep. Kali ini mau cerita tentang weaning off bottle-nya si Abang. Baru 2 tahun kok udah di weaning/sapih? Pernah baca kalau bagusnya anak-anak tidak bergantung sama botol atau lepas botol sebaiknya di usia 2 tahun. Yang langsung terpikir oleh saya adalah "bagaimana bisa? his too attached with his bottles. Mau tidur biasa minum susu di botol. Istirahat dari main maunya minum susu di botol."
Nah, begitulah yang pasti terlintas disetiap Ibu yg punya anak bergantung ma botol susu kan? Tadinya saya juga ga pernah berfikir untuk menyapih si abang secepat ini, tapi apa boleh buat? Bukan, bukan karena gigi yg rusak atau gigi yg nongol, tetapi berawal dari diare.
Jadi ceritanya si abang ini udah bbrp hari pupnya mencret, walapun masih ada ampasnya. Saya biarkan saya hanya kasih Lacto-B dan oralit jika saya pikir perlu. Sehari bisa lebih dari 5 kali. Karena, bukan pup air dan masih ada ampasnya, saya memutuskan untuk tidak ke dokter. Setelah 4 hari berjalan, di hari ke 5, pagi-pagi, di BABnya ada terlihat lendir darah (mulai panik). Sepagian aja 3 x pup. Saya telepon dokternya trus beliau minta saya ambil sampel fesesnya.
Siang itu saya pulang cepat dengan harapan bisa ambil sampel pupnya dan pas waktunya sama jadwal dokter sorenya. Alhasil, ga ada pup yg bisa di ambil sampelnya karena sudah mulai pup air. Hiks.. Sorenya pas nunggu dokter, si abang pup, dan kebetulan bisa diambil sampelnya. Setelah konsultasi ma dokter dan di kasih obat seabreg, ternyata kena bakteri, e-coli, jamur semuanya positif. Leukositnya tinggi, menandakan adanya peradangan di ususnya. Dokter bilang untuk sementara stop susu, stop madu, stop yg dr terigu (omaigat!!! trus dia minum apa?air putih di botol?ga akan mau dia). Ya bisa dibilang malam itu diisi penuh dengan tangisan yg membahana. Minta susu, minta teh a.k.a madu. Disinilah di mulai, kami berpikir lebih baik skalian saja di weaning off bottle. Toh udah terlanjur bilang ga boleh susu ma dokter nanti perutnya sakit.
So.. malam pertama di lalui dengan lumayan berat. Dari abis magrib udah minta susu, tangisan membahana. Pelan-pelan di setiap jeda tangisan "raqi ga boleh minum susu ma dokter, nanti perutnya sakit lagi, nanti pupnya berdarah lagi", dan itu terus saya ulang dengan nada yang tenang di setiap jeda nangisnya. Keluar masuk kamar sambil nangis dan berharap mbaknya juga memberikan susu dengan senjata tangisannya, tapi ga mempan. Sungguh, ini berat banget jalaninnya. Ga tega rasanya membiarkan anak nangis. Lama-lama dia cape juga nangis, kasih air putih sama ayahnya di gelas yg lucu eh dia ketawa (ayahnya kaya badut soalnya, ngelawak mulu). Sambil nonton tv, terus saya bilang "tuh, si oopsi daisy aja bobonya ga minum susu, igle pigle juga bobonya ga minum susu, dst". Jam 10 masuk kamar lagi, kali ini dia bilang "ga oleh susu (engga boleh minum susu)?" saya bilang, "ga boleh dulu, nanti sakit perut" trus dia nanya "isang?(pisang)", saya bilang pisang boleh. Setelah makan 1 pisang, saya tawari dia minum air putih hangat di gelas lucu (gambar minion) dia ketawa2, minum trus tidur2an tanpa menanyakan susu ataupun merengek. Ga lama setelah itu tidur dengan pulas setelah bbrp kali nyanyi Twinkle2. Walapun sekitar jam 3an dia sempat ngigau "susu". Memang selama ini, sudah saya biasakan susu di tengah malam saya ga lgsg turuti, biasanya cuma mengigau saja. Paginya, bangun dengan merengek minta madu. Lagi2 saya bilang, ga boleh. sudah menjadi kebiasaan kalau bangun tidur di kasih botol isi susu atau madu sambil leyeh2 di tempat tidur.
Hari itu dilalui dengan penuh drama. Kata si mba, pas mau tidur siang, selalu nanyain susu. Alhasil tidur siangnya ngaret ke jam stgh 3. Bangun jam 5, ngamuk!!! Tapi kami kekeuh ga mau kasih susu atau apapun di botol. tapi dia juga ga mau di kasih botol isinya air putih. Akan di tolak mentah2. Sampai magrib pun ga mau pindah dari tempat tidur, maunya digendong sama mbaknya (kebayang ga gendong anak 23 kilo??). Saya peluk, tetap nangis, terus saya peluk krn minta digendong sama mbaknya yg lagi solat magrib. Saya tanyain mau makan, pastinya dia menolak. Sudah dibuatkan bubur sumsum sama si mbak. Saya minta mbaknya sendokin bubur sumsum, wlpn dia menolak ya. Tapi pas di sodorin dia mangap. Hehehe..dasar gembul.. Setelah makan satu mangkuk kecil, dia mulai tenang dan lupa sama ngambeknya. Main2 sebentar, sambil terus saya sodorin air putih di gelas. Jam stgh 10 masuk kamar. Kamar saya di belakang, sedangkan dia terus bolak balik ke kamar belakang dan kamar depan (kamar raqi). saya pikir dia mau tidur di kamar depan, mbaknya selalu nemenin. Tapi ternyata cuma bolak balik aja. Ga minta susu, ga minta madu. Akhirnya tidur di kamar depan di temani mbanya. Katanya sekitar jam 4 bangun tapi ga minta susu, ditawari air putih. Setelah minum air putih di gelas, dia tidur lagi.
Paginya, bangun ga pake ngambek. Hari itu dilalui dengan lumayan tenang walaupun masih ada drama minta keju dan oreo. Tapi bobo siangnya jam stgh 2 (kemajuan). bangun tidur dari bobo siang pun ga ngambek. lalu kami pergi ke dokter internis di daerah menteng untuk meminta 2nd opinion mengenai penyakit ITP raqi. Diambil darah di klinik tersebut dan ternyata hasilnya beyond our expectation. Trombositnya 172.000. Alhamdulillah.. kata dokter memang anak ini positif ITP dan bisa tergolong kronis krn sudah lebih dari 6 bln. Tetapi karena trombositnya diatas 100.000 maka dokternya pun santai menghadapinya. Katanya kalau masih diatas 100.000 masih aman toh selama ini minum obat Medrol (methylprenisolon) 1mg 2 kali sehari. Katanya dosis itu sama aja nol a.k.a. ga ada pengaruhnya. Dia menyarankan untuk berhenti minum obat. Okey, 2nd opinion ternyata sangat membantu. Ternyata sama aja sama dokter yg di Hermina. Bedanya tarifnya!!!! nah, pulangnya malam, sampe rumah jam 9. Posisi sudah tidur di mobil, turun dr mobil, minum obat diarenya dulu trus dia tidur lagi, tanpa drama. langsung tidur sambil saya bacakan doa tidur dan Surat2 kecil.
Bangun paginya, lagi-lagi, maniiiiisss banget. Seneng deh.. Jadi kerja juga tenang kalo ninggalin anak dengan senyum manisnya. Dan malam ke 4 pun dilalui tanpa drama. Semoga malam-mamal berikutnya juga sama.
Jadi intinya, menyapih anak dr botol itu harus tega. Coba deh klo raqi ga sakit diare/disentri? Pasti cara ini juga ga berhasil. Pasti saya, ayahnya atau mbanya ga tega. Ini tega karena kami benar takut kalau dia sakit lagi. Alhamdulillah, setelah tidak minum susu, pupnya normal. Jadi, saran saya kalau memang ada kesempatan seperti ini, ya di manfaatin aja. Mumpung memang dia ga boleh susu, skalian deh saya sapih dari botol. Sekian pengalaman saya, hanya sekedar berbagi pengalaman saja.
Sunday, September 14, 2014
Bakso Ikan Tenggiri / Fishballs
Hai moms..
Ini resep, oke banget buat yg punya anak kecil. Jangankan anak-anak, orang dewasa juga pasti suka kok. Resepnya dapet (lagi-lagi) dari internet. Ahlamdulillah.. Tapi ada tambahan dari saya sendiri sih. Resep asli hanya ikan tenggiri, kalo saya mah pasti ada sayurannya yaitu wortel plus keju biar tambah gurih.
Bahan:
300 gr ikan tenggiri, giling
3/4 sendok makan bawang putih giling
3/4 sendok makan bawang merah giling
1 buah wortel sedang, parut
50 gr keju cheddar, parut
1 sendok teh merica bubuk
2 sendok teh garam
2 putih telur
100 gr tepung tapioka, ayak
Cara Membuat:
1. Didihkan air di atas kompor dalam paci berisi sekitar 3 liter.
2. Aduk semua bahan jadi satu sampai rata. Jangan terlalu lama aduknya, hanya sampai semua tercampur.
3. Bentuk adonan jadi bola. Gunakan tangan kiri sebagai pembentuk dan tangan kanan unutk mengambil adonan dengan sendok untuk di ceburkan ke dalam air mendidih.
4. Angkat bakso yang sudah mengambang. Cobalah 1 buah untuk memastikan kematangannya.
5. Bakso bisa langsung dimakan gitu aja atau dimasak bersama sup atau di balur tepung roti lalu goreng. Kalo mau di simpan, tunggu sampai dingin, lalu simpan di freezer dalam wadah tertutup. Kalo mau di konsumsi tinggal di rebus lagi deh.
Slamat mencoba moms..
Ini resep, oke banget buat yg punya anak kecil. Jangankan anak-anak, orang dewasa juga pasti suka kok. Resepnya dapet (lagi-lagi) dari internet. Ahlamdulillah.. Tapi ada tambahan dari saya sendiri sih. Resep asli hanya ikan tenggiri, kalo saya mah pasti ada sayurannya yaitu wortel plus keju biar tambah gurih.
Bahan:
300 gr ikan tenggiri, giling
3/4 sendok makan bawang putih giling
3/4 sendok makan bawang merah giling
1 buah wortel sedang, parut
50 gr keju cheddar, parut
1 sendok teh merica bubuk
2 sendok teh garam
2 putih telur
100 gr tepung tapioka, ayak
Cara Membuat:
1. Didihkan air di atas kompor dalam paci berisi sekitar 3 liter.
2. Aduk semua bahan jadi satu sampai rata. Jangan terlalu lama aduknya, hanya sampai semua tercampur.
3. Bentuk adonan jadi bola. Gunakan tangan kiri sebagai pembentuk dan tangan kanan unutk mengambil adonan dengan sendok untuk di ceburkan ke dalam air mendidih.
5. Bakso bisa langsung dimakan gitu aja atau dimasak bersama sup atau di balur tepung roti lalu goreng. Kalo mau di simpan, tunggu sampai dingin, lalu simpan di freezer dalam wadah tertutup. Kalo mau di konsumsi tinggal di rebus lagi deh.
Slamat mencoba moms..
No-Kneaded Bread
Pagi moms.. Udah lama ga update blog gara2 masaknya yg udah pernah ada di blog, atau lagi tidak berkreasi. Hari sabtu kemarin malah banyak bener kreasinya.. Buat roti isi daging, sisa adonan rotinya di buat base pizza. Plus buat bakso ikan tenggiri untuk persediaan makanan raqi karena nuggetnya abis (resep menyusul di postingan berikutnya).
Nah, roti yg saya buat ini tidak perlu di uleni loh.. Asli beneran.. Dan resepnya bisa di gunakan untuk segala jenis roti, mulai dari pizza base, roti isi daging, keju maupun yg manis2 kayak cinnamon roll. Bisa juga untuk roti tawar biasa dan hasilnya lembuuuutt banget, dan berita bagusnya, adonan ini bisa di simpan sampai 5 hari dan bikin langsing!!! Daaaaaannn, semakin lama di simpan, semakin sedikit kalorinya. Begitulah kata yg buat resep ini.. Tapi sayangnya saya lupa nyatet linknya, yg pasti ini bukan resep saya. Ini resep nyontek.. Gapapa, yg penting hasilnya terjamin oke. Bakalan sering pake resep ini pastinya..
Ini bbrp hasilnya ya..
Yang ini roti isi saus daging a.k.a saus spageti plus keju quick melt dan sedikit cheddar.
Nah, hasilnya kayak foto diatas setelah di panggang. Kejunya ada yg keluar.. Yuuuummm..
Sisa adonan tadi di satuin trus buat pizza base. Toppingnya ya lagi2 saus spageti plus keju quik melt.
Keliatan kan fluffy adonannya? tapi ini ketebelan bikin basenya. Hehe.. Maklum, baru percobaan.
Trus hari minggunya buat cinnamon roll sama calzone
Ini penampakan cinnamon roll ala2 baru belajar. Belom bisa ngegulung sama motong yg rapih. Hehehe..
Dan ini calzone.. Ini ribet bingits buatnya. Salah strategi lebih tepatnya. Lain kali taro dulu di loyang, baru diisi dan di bentuk. Ampun deh mindahinnya keringet dingin. Hahahaha..
Untuk menghasilkan semua menu diatas, nih, saya kasih tahu bahan-bahannya:
6 1/2 cup tepung terigu, saya pakai yg cakra kembar
3 - 3 1/2 cup air hangat
1 1/2 sendok makan ragi instan
1 1/2 - 2 sendok teh garam
Cara Membuat:
Campurkan air hangat, garam dan ragi. Aduk hingga tercampur.Masukkan Tepung terigu lalu aduk hingga semua bahan tercampur. akan terlihat masih basah sedikit tapi tidak apa2. Tutup adonan tapi jangan rapat, biarkan gasnya keluar. Istirahatkan selama 2 jam. Oiya, sebaiknya mencapur semua bahan tadi di tempat yg besar yg ada tutupnya. ya kyk semacam tupperware atau lock n lock.
Setelah 2 jam, tutup rapat kontainer berisi adonan dan masukkan ke dalam kulkas. Kulkas ya, bukan freezer. Nah, klo mau karbohidratnya kecil, simpan adonan selama 3-5 hari. Begitu kata blognya (nanti klo ketemu lagi saya taro linknya ya). Tapi kalo ga mikirin karbohidrat ya setelah 2 jam itu juga bisa langsung di olah. Katanya sih, setelah makan roti ini sang penulis turun BBnya. Mantab kaaann???
Nah, untuk waktu pemanggangannya adalah 20-35 menit.
Selamat mencoba moms..
Ini dia linknya.. Selamat membaca yaa..
http://www.gwens-nest.com/family-favorite-recipes/easy-bread-recipe/
Nah, roti yg saya buat ini tidak perlu di uleni loh.. Asli beneran.. Dan resepnya bisa di gunakan untuk segala jenis roti, mulai dari pizza base, roti isi daging, keju maupun yg manis2 kayak cinnamon roll. Bisa juga untuk roti tawar biasa dan hasilnya lembuuuutt banget, dan berita bagusnya, adonan ini bisa di simpan sampai 5 hari dan bikin langsing!!! Daaaaaannn, semakin lama di simpan, semakin sedikit kalorinya. Begitulah kata yg buat resep ini.. Tapi sayangnya saya lupa nyatet linknya, yg pasti ini bukan resep saya. Ini resep nyontek.. Gapapa, yg penting hasilnya terjamin oke. Bakalan sering pake resep ini pastinya..
Ini bbrp hasilnya ya..
Nah, hasilnya kayak foto diatas setelah di panggang. Kejunya ada yg keluar.. Yuuuummm..
Sisa adonan tadi di satuin trus buat pizza base. Toppingnya ya lagi2 saus spageti plus keju quik melt.
Keliatan kan fluffy adonannya? tapi ini ketebelan bikin basenya. Hehe.. Maklum, baru percobaan.
Trus hari minggunya buat cinnamon roll sama calzone
Ini penampakan cinnamon roll ala2 baru belajar. Belom bisa ngegulung sama motong yg rapih. Hehehe..
Dan ini calzone.. Ini ribet bingits buatnya. Salah strategi lebih tepatnya. Lain kali taro dulu di loyang, baru diisi dan di bentuk. Ampun deh mindahinnya keringet dingin. Hahahaha..
Untuk menghasilkan semua menu diatas, nih, saya kasih tahu bahan-bahannya:
6 1/2 cup tepung terigu, saya pakai yg cakra kembar
3 - 3 1/2 cup air hangat
1 1/2 sendok makan ragi instan
1 1/2 - 2 sendok teh garam
Cara Membuat:
Campurkan air hangat, garam dan ragi. Aduk hingga tercampur.Masukkan Tepung terigu lalu aduk hingga semua bahan tercampur. akan terlihat masih basah sedikit tapi tidak apa2. Tutup adonan tapi jangan rapat, biarkan gasnya keluar. Istirahatkan selama 2 jam. Oiya, sebaiknya mencapur semua bahan tadi di tempat yg besar yg ada tutupnya. ya kyk semacam tupperware atau lock n lock.
Setelah 2 jam, tutup rapat kontainer berisi adonan dan masukkan ke dalam kulkas. Kulkas ya, bukan freezer. Nah, klo mau karbohidratnya kecil, simpan adonan selama 3-5 hari. Begitu kata blognya (nanti klo ketemu lagi saya taro linknya ya). Tapi kalo ga mikirin karbohidrat ya setelah 2 jam itu juga bisa langsung di olah. Katanya sih, setelah makan roti ini sang penulis turun BBnya. Mantab kaaann???
Nah, untuk waktu pemanggangannya adalah 20-35 menit.
Selamat mencoba moms..
Ini dia linknya.. Selamat membaca yaa..
http://www.gwens-nest.com/family-favorite-recipes/easy-bread-recipe/
Monday, September 8, 2014
Glazed Donuts
Hallo para mama dan bunda.. Weekend kemarin sempetin bikin donut dari nol. Pengen tau rasanya bisa sama ga sama yg dari kemasan. Ternyata sama aja loh. Resepnya ngintip dr resep punya "Laura in the Kitchen" cuma ada bbrp penyesuaian. Misalnya dia pake butter 1/4 cup dan shortening 1/4 cup, saya ganti jadi margarin blue band 1/2 cup. Sesuaikan kondisi aja.
Ingredients:
5 cups flour
7 gr yeast
1/3 cup granulated sugar
1 1/2 cups milk, warmed
12/ cup margarine, melted
2 eggs
pinch of salt
for glaze:
3 1/2 cups confectioners sugar
1 tsp vanilla extract
water, as needed
How to make:
Selamat mencoba moms..
Ingredients:
5 cups flour
7 gr yeast
1/3 cup granulated sugar
1 1/2 cups milk, warmed
12/ cup margarine, melted
2 eggs
pinch of salt
for glaze:
3 1/2 cups confectioners sugar
1 tsp vanilla extract
water, as needed
How to make:
- di mangkuk kecil, hangatkan susu dan taburkan yeast. biarkan yeast selama 5 menit sapai terbentuk ada gelembung2 diatas permukaan.
- di mangkuk besar, masukkan gula, telur, garam dan margarin, mix dengan mixer menggunakan hook untuk roti. masukan adonan yeast ke dalam mixer dan campur sampai rata.
- masukkan tepung terigu, mix di level rendah sampai rata. aduk terus 4-5 menit sampai kalis.
- letakkan adonan ke dalam wadah yg di olesi minyak. tutup dengan plastic wrap, letakkan di tempat hangat sampai mengembang 2 kali lipat (1-2 jam).
- letakaan adonan di permukaan yg sudah di taburi terigu, pukul-pukul, giling sampai ketebalan 1/2 inci.
- cetak adonan sesuai selera, tutup dengan paper towel sampai mengembang (sktr 30 menit)
- masukkan minyak ke penggorengan, goreng donut sampai matang di kedua sisi.
- glaze: kocok vanila dan gula sambil menambahkan air 1 sendok makan sampai mendapatkan consistensi yg diinginkan. seharusnya ga terlalu kental dan ga terlalu cair.
- setelah donut matang, langsung celupkan donut ke glaze diamkan sesaat.
Selamat mencoba moms..
Subscribe to:
Posts (Atom)